Salah satu puisi
kontemporer yang terkenal adalah puisi “Mbeling”, puisi nakal yang
mengungkapkan kenyataan di masyarakat secara terbuka dan bebas, tanpa melihat
persyaratan penulisan yang menurut mereka “muluk-muluk”.
Kutipan 1
TANAH
AIRMATA
(
Sutardji Calzoum Bachri )
Tanah
airmata tanah tumpah darahku
Mata
air airmata kami
Airmata
tanah air kami
Di
sinilah kami berdiri
Menyanyikan
airmata kami
Di
balik gembur subur tanahmu
Kami
simpan perih kami
Di
balik etalase megah gedung-gedungmu
Kami
coba sembunyikan derita kami
Kami
coba simpan nestapa
Kami
coba kuburkan duka lara
Tapi
perih tak bisa sembunyi
Ia
merebak kemana-mana
Bumi
memang tak sebatas pandang
Dan
udara luas menunggu
Namun
kamu takkan bisa menyingkir
Kemanapun
melangkah
Kamu
pijak airmata kami
Kemana
pun terbang
Kamu
khan hinggap di airmata kami
Kemanapun
berlayar
Kamu
arungi airmata kami
Kamu
sudah terkepung
Takkan
bisa mengelak
Takkan
kemana pergi
Menyerahlah
pada kedalaman airmata kami
Kutipan
2
COMMUNICATION
GAP
(
Remy Sylado )
Ya
TUHAN
Tuhan
Tuhan Tuhan
Tuhan
Tu
Han
Tu
Han
Tu
Hantu
Hantu
Hantu
Hantu
Hantu Hantu
HANTU
Ay
Jika di perhatikan sekilas, puisi
pada kutipan 1 bertemakan nasionalisme, dan kutipan 2 bertemakan ketuhanan (
puisi religius ). Jika di perhatikan temanya memang tepat, tapi setelah di
pahami tema yang tepat adalah kritik terhadap keadaan yagn berkebalikan dengan
nasionalisme dan ketuhanan.
Puisi kutipan 1 bertema kritikan
terhadap kesewenangan – wenangan Negara pada potensi alam dan sumber daya alam
yang dilakukan oleh warga Negara yang tidak bertanggung jawab akibatnya
timbulkan alam yang serba menyedihkan dan menyengsarakan rakyat. Perhatikan
bagian puisi berikut :
”Disinilah kami berdiri
Menyanyikan airmata kami
Di balik gembur subur tanahmu
Kami simpan perih kami
Di balik eltase megah
gedung-gedungmu
Kami coba sembunyikan derita
kami ”
Dari bagian ini
berartikan tanah air yang subur akhirnya
menjadi tanah yang tidak menyejahterakan, rakyat menderita karena pembangunan
fisik yang tidak memperhatikan lingkungan.
Puisi kutipan 2 mempunyai tema
ketidakselarasan hubungan manusia dengan tuhan karena rendahnya keimanan
manusia. Usaha manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada tuhan sangat minim,
akibatnya terkadang bagi manusia seperti itu tuhan jusatru menjadi hantu.
Tu
Han
Tu
Han
Tu
Hantu
Kedua puisi di atas
bertemakan kritik, dan itulah tema umum puisi kontemporer. Adapun dapat di
temukan ciri – ciri puisi kontemporer yaitu :
1. Ungkapannya berupa kelakar dan tidak ada
maksud yang di sembunyikan
2. Objek yang di kelakarkan bebas
3. Kebanyakan kelakar tersebut mengandung
kritik (sosial)
4. Memerhatikan peran kata secara maksimal
untuk berekspresi
5. Memanfaatkankan arti, bunyi, dan
tipografi secara maksimal
6. Tipografi / bentuk penulisan bebas
7. Menyampaikan kritik terhadap pejabat dan
anggota mesayarakat yang mempunyai sikap moral tidak baik
8. Mengandung ejekan tehadap penyair lain
yang di sebut “penyair serius “
Puisi kontemporer pada
awalnya muncul sebagai puisi dengan ganre ( jenis ) yang berbeda, lain dari
pada yang lain di banding puisi pada umumnya. Puisi ini lebih menekankan peran
kata baik segi arti, bunyi, maupun bentuknya. Kata dianggap sarana paling ampuh
untuk menyampaikan maksud penyair kepada pembaca. Puisi kontemporer secara
fisik terlihat memakai kata dan mengambil struktur puisi seolah-olah secara
semaunya. Justru itu yang di inginkan penyair, dengan segala arti, bunyi, dan bentuk
tampilan secara inkonvensional ( tidak berstuktuk dan tidak terikat atau bebas ), kata mampu menyampaikan pesan
secara maksimal. Sutarji menyebut kata adalah “mantra”.
Jika ingin mengetahui
maksud isi puisi kontemporer, pembaca di tuntut menjiwai puisi, adapun maksud
puisi kontemporer secara umum adalah :
a. Mendobrak cara penulisan puisi yang
konvensional
b. Menyampaikan kritik
c. Kritik dimaksudkan untuk mengajak
pembaca melakukan perenungan.
d. Kritik digunakan untuk mengajak pembaca
melakukan refleksi dan selanjutnya melakukan perbaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar