Unsur-Unsur Intrinsik Novel
Berikut ini penjelasan mengenai unsur-unsur intrinsik
novel.
a. Alur (Plot)
Alur merupakan pola pengembangan
cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Intisari alur ada pada
permasalahan cerita. akan tetapi, suatu permasalahan dalam novel tak bisa
dipaparkan begitu saja; jadi harus ada dasarnya. Oleh karena itu, alur terdiri
atas (1) Saling mengenal , (2) munculnya konflik, (3) konflik meninggi, (4)
klimaks, dan (5) menyelesaikan konflik atau masalah . Di tahap saling mengenal,
pengarang mulai menggambarkan situasi dan memperkenalkan tokoh-tokoh cerita
sebagai pendahuluan. Di bagian kedua, pengarang mulai menampilkan pertikaian
yang terjadi di antara tokoh. Pertikaian ini semakin meninggi, dan puncaknya
dari masalah tersebut terjadi di bagian keempat (klimaks). Setelah fase
tersebut terlampaui, sampailah di bagian kelima (pemecahan masalah). Alur pun
menurun menuju ke mencari solusi dalam masalah dan penyelesaian cerita.
Itulah unsur-unsur alur yang berpusat pada konflik. Dengan adanya alur seperti
di atas, pembaca dibawa ke dalam suatu keadaan yang menegangkan (suspense).
Suspense inilah yang menarik pembaca untuk terus mengikuti cerita tersebut .
Dari tahap-tahap alur di atas jelaslah bahwa kekuatan sebuah novel terletak
pada kemampuan pengarang membawa pembacanya menemui masalah, memuncaknya
masalah, dan berakhirnya masalah. Timbulnya konflik sering berhubungan erat
dengan unsur watak dan latar. Konflik dalam cerita mungkin terjadi karena watak
seorang tokoh yang menimbulkan persoalan bagi tokoh lain atau lingkungannya.
b. Tema
Tema adalah inti atau ide pokok dalam cerita. Tema
merupakan awal tolak pengarang dalam menyampaikan cerita. Tema suatu
novel menyangkut segala persoalan dalam kehidupan manusia, baik masalah
kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, dan sebagainya.
c. Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan
mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan karakter
seorang tokoh, pengarang dapat juga menyebutkannya langsung, misalnya si A itu
penyabar, si B itu murah hati. Penjelasan karakter tokoh dapat pula melalui
gambaran fisik dan perilakunya, lingkungan kehidupannya, cara bicaranya, jalan
pikirannya, ataupun melalui penggambaran oleh tokoh lain.
d. Sudut Pandang (point of view)
Sudut pandang adalah posisi pengarang atau narator
dalam membawakan cerita tersebut. Posisi pengarang dalam menyampaikan cerita
ada beberapa macam: .Narator serbatahuadalah narator bertindak
sebagai pencipta segalanya yang serbatahu. ia tahu segalanya. Ia dapat
menciptakan segala hal yang diinginkannya. Ia dapat mengeluarkan dan memasukkan
para tokoh. Ia dapat mengemukakan perasaan, kesadaran, ataupun jalan pikiran
para tokoh cerita. Pengarang dapat mengomentari kelakuan para tokoh-tokoh dalam
cerita, bahkan juga dapat berbicara langsung dengan pembacanya.. Narator
objektif adalah pengarang tak memberi komentar apa pun. Pembaca
hanya disuguhi “hasil pandangan mata”. Pengarangnya menceritakan apa yang
terjadi seperti penonton melihat pementasan drama. Pengarang sama sekali tak
mau masuk ke dalam pikiran para pelaku. Dalam kenyataannya, orang memang hanya
dapat melihat apa yang yang dilakukan orang lain. Dengan melihat kelakukan
orang lain tersebut, juga boleh menilai kehidupan kejiwaannya, kepribadiannya,
jalan pikirannya, dan perasaannya. Motif tindakan pelakunya hanya bisa kita
nilai dan perbuatan mereka. Dalam hal ini, jelaslah bahwa pembaca sangat
diharapkan partisipasinya. Pembaca bebas menafsirkan apa yang diceritakan
pengarang.Narator aktif adalah Narator juga aktor yang
terlibat dalam cerita tersebut yang terkadang fungsinya sebagai tokoh sentral.
Cara thi tampak dalam penggunaan kata ganti orang pertama (aku, kami). Dengan
posisi yang demikian, narator hanya boleh melihat dan mendengar apa yang orang
biasa lihat atau dengar. Selanjutnya narator mencatat tentang apa yang
dikatakan atau dilakukan tokoh lain dalam suatu jarak penglihatan dan
pendengaran.Narator tidak dapat membaca pikiran tokoh lain kecuali hanya
menafsirkan dari tingkah laku fisiknya. Narator juga tidak dapat melompati
jarak yang besar. Hal-hal yang bersifat psikologis dapat dikisahkan jika
menyangkut dirinya sendiri. Narator sebagai peninjauadalah pengarang
memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian yang ada pada
cerita lakukan bersama tokoh ini. Tokoh ini bisa bercerita tentang pendapatnya
atau perasaannya sendiri. Sementara itu, terhadap tokoh-tokoh lain, ia hanya
boleh menyampaikan tentang, kita sesuai apa yang ia lihat. Jadi, teknik ini
merupakan berupa penuturan pengalaman seseorang. Dalam beberapa hal, teknik ini
sebenarnya hampir sama dengan teknik orang pertama, tetapi teknik ini lebih
bebas dan fleksibel dalam bercerita.
e. Latar
Latar (setting) merupakan tempat, waktu, dan suasana
teijadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Dalam cerpen,
novel, ataupun bentuk prosa lainnya, terkadang biasanya tidak disebutkan secara
jelas latar perbuatan tokoh itu. Misalnya, di tepi hutan, di sebuah desa, pada
suatu
waktu, pada zaman dahulu, di kala senja.
f. Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui Karya yang diciptakan itu. Tidak
terlalu berbeda dengan bentuk cerita yang Iainnya, amanat dalam novel akan
disimpan rapi dan disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita. Oleh
karena itu, untuk mendapatkannya, tidak cukup hanya membaca dua atau tiga
paragraf, melainkan membaca cerita tersebut sampai tuntas.
Sumber :
Cerdas Berbahasa Indonesia, 56-58, Penerbit :
Erlangga. 2006. Jakarta, Penulis : Engkos Kosasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar