PENGERTIAN KALIMAT
suatu bahasa kecil yang merupakan kesatuan pikiran. Dalam
bahasa lisan kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan dalam bahasa
tulis diawali dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru
dan tanda tanya. Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata,
frasa, dan / atau klausa. Jika disusun berdasarkan pengertian di atas, unsur-unsur
tersebut mempunyai fungsi dan pengertian tertentu yang disebut bagian kalimat.
Ada bagian yang tidak dapat dihilangkan, ada pula bagian yang dapat
dihilangkan. Bagian yang tidak dapat dihilangkan itu disebut inti kalimat,
sedangkan bagian yang dapat dihilangkan bukan inti kalimat. Bagian inti dapat
membentuk kalimat dasar dan bagian bukan inti dapat membentu kalimat luas.
Contoh 1 :
Buku ini baru terbit.
Isinya sungguh bagus!
Di mana buku ini dapat dibeli?
POLA KALIMAT
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke
dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua
kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai
dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan,
yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur
inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur
seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat,
objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe
sebagai berikut.
1.) Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat.
Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata
sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
Mereka / sedang berenang. = S / P(Kata Kerja)
Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda)
Gambar itu / bagus.= S / P (Kata Sifat)
Peserta penataran ini / empat puluh orang. = S / P (kata
bilangan)
2.) Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan
objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S /P / O
3.) Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan
pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel.
4.) Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat,
objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa
verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa
nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel.
5.) Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan
harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K
6.) Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat,
objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa
verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. = S / P / O /
K
7.) Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat,
pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat
berupa verba intransitif atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau
adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :
Ungu / bermain / musik / di atas panggung. = S / P / Pel. / K
8.) Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat,
objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal,
pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S / P / O /
Pel. / K
MACAM-MACAM KALIMAT
Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut sudut (a) jumlah
klausanya, (b) bentuk sintaksisnya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan
subjek dan predikatnya. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas
kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal dapat dibeda-bedakan lagi
berdasarkan kategori predikatnya menjadi (1) kalimat berpredikat verbal, (2)
kalimat berpredikat adjektival, (3)
kalimat berpredikat nominal (termasuk pronominal), (4) kalimat
berpredikat numeral, dan (5) kalimat berpredikat frasa preposisional. Kalimat
verbal dapat dikelompokkan, berdasarkan kemungkinan kehadiran nomina atau frasa
nominal objeknya, atas (i) kalimat taktransitif, (ii) kalimat ekatransitif, dan
(iii) kalimat dwitransitif. Kalimat majemuk juga dapat dubagi lagi atas (1)
kalimat majemuk setara dan (b) kalimat majemuk bertingkat.
Berdasarkan bentuk kategori sintaksisnya, kalimat lazim
dibagi atas (1) kalimat deklaratif atau kalimat berita, (2) kalimat imperative
atau kalimat perintah, (3) kalimat interogatif atau kalimat tanya, atau kalimat
eksklamatif atau kalimat seruan. Penggolongan kalimat berdasarkan bentuk
sintaksisnya itu tidak terkait dengan fungsi pragmatis atau nilai
komunikatifnya yakni fungsi pemakaian bahasa yang bertujuan untuk komunikasi.
Kalimat interogatif, misalnya, memang lazim digunakan untuk meminta
informasi atau untuk bertanya, tetapi
dalam konteks wacana tertentu dapat bermakna permintaan.
Dilihat dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dapat
dibedakan atas (1) kalimat lengkap atau kalimat major dan (2) kalimat tak
lengkap atau kalimat minor. Dari segi susunan subjek dan predikat, kalimat
dapat dibedakan atas (1) kalimat biasa dan (2) kalimat inversi.
1. Kalimat
Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa.
Misalnya :
(a) Dia akan pergi
(b) Kamu mahasiswa
Unnes
1.1 Kalimat
berpredikat verbal
Kamilat yang berpredikat verba dibagi menjadi tiga macam :
(1) kalimat taktransitif, (2) kalimat ekatransitif, dan (3) kalimat
dwitransitif.
1.1.1 Kalimat Tak
Transitif
Kalimat yang tak berobjek dan tak berpelengkap, hanya
memiliki dua unsure fungsi wajib, yakni subjek dan predikat. Contoh:
(c) Bu Camat sedang
berbelanja
(d) Pak Halim belum
datang
1.1.2 Kalimat
Ekatransitif
Kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap mempunyai tiga
unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Dalam kalimat aktif urutan kata
dalam kalimat ekatransitif adalah subjek, predikat, dan objek, tentu saja ada
unsur tak wajib Contoh:
(e) Pemerintah akan
memasok semua kebutuhan lebaran
(f) Dia
memberangkatkan kereta api itu terlalu cepat
1.1.3 Kalimat
Dwitransitif
Dalam bentuk aktif, verba transitif secara semantis
mengungkapkan hubungan tiga maujud. Dalam kalimat dwitransitif maujud itu
masing-masing adalah subjek, objek dan pelengkap, contoh:
(g) Ida sedang
mencarikan adiknya pekerjaaan
Pada kalimat (g) ada dua nomina yang terletak di belakang
verba predikat, kedua nomina itu masing-masing berfungsi sebagai objek dan
pelengkap. Objek dalam kalimat aktif berdiri langsung di belakang verba, tanpa
preposisi dan dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif.
1.1.4 Kalimat Pasif
Pemasifan dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu (1) menggunakan verba prefiks di-, dan (2) menggunakan verba tanpa
prefiks di-. Cara yang digunakan dalam penmebtukan kalimat pasif:
1) Cara Pertama
a. Pertukarkanlah
S dengan O
b. Gantilah
prefiks meng- dengan di- pada P.
c. Tambahkanlah
kata oleh di muka unsure yang tadinya S
Pak Toha mengangkat asisten baru
Seorang asisten baru diangkat Pak Toha
2) Cara Kedua
a. Pindahkan O ke
awal kalimat
b. Tinggalkan
prefiks meng- pada P.
c. Pindahkan S ke
tempat yang tepat sebelum verba
Saya sudah mencuci mobil itu
Mobil itu sudah saya cuci
1.2 Kalimat
Berpredikat Adjektival
Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa adjektiva
atau frasa adjektival seperti terlihat pada contoh berikut :
(h) Ayahnya sakit
(i) Pernyataan
orang itu benar
1.3 Kalimat
Berpredikat Nominal
Dalam bahasa Indonesia ada macam kalimat yang predikatnya
terdiri atas nomina (termasuk pronomina) atau frasa nominal. Dengan demikian,
kedua nomina atau frasa nominal yang dijejerkan dapat membentuk kalimat asalkan
syarat untuk subjek dan predikatnya terpenuhi. Syarat untuk kedua unsur itu
penting karena jika tidak dipenuhi, maka jejeran nomina tadi tidak akan
membentuk kalimat. Contoh :
Buku itu cetakan Bandung
1.4 Kalimat
Berpredikat Numeral
Ada pula kalimat yang prredikatnya berupa frasa numeral,
contoh:
Anaknya banyak
Uangnya hanya sedikit
1.5 Kalimat
berpredikat Frasa Preposisional
Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa
frasa preposisional, contoh :
Ibu sedang ke pasar
Mereka ke rumah kemarin
2. Kalimat
Dilihat dari Bentuk Sintaksis
Jika dilihat dari bentuk sintaksisnya, kalimat dapat dibagi
atas (1) kalimat deklaratif, (2) kalimat interogatif, (3) kalimat imperatif,
dan (4) kalimat eksklamatif.
2.1 Kalimat
Deklaratif
Kalimat deklaratif juga dikenal sebagai kalimat berita, dalam
pemakaian bahasa bentuk kalimat deklaratif umumnya digunakan oleh pembicara
atau penulis untuk membuat pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi
pendengar atau pembacanya. Kalimat berita dapat berupa bentuk kalimat apa saja
asalkan isinya merupakan pemberitaan. Contoh :
(o) Tadi pagi ada
tabrakan mobil di dekat Monas
(p) Saya lihat ada
bus masuk Ciliwug tadi pagi
2.2 Kalimat Imperatif
Perintah atau suruhan dan permintaan jika ditinjau dari
isinya, dapat diperinci menjadi enam golongan:
1) Perintah atau
suruhan jika pembicara menyuruh lawan bicaranya
2) Perintah halus
3) Permohonan
4) Ajakan
5) Larangan atau
perintah negatif
6) Pembiaran
2.2.1 Kalimat
Imperatif Taktransitif
Kalimat imperative taktransitif dibentuk dari kalimat
deklaratif (taktransitif) yang dapat berpredikat dasar, frasa adjektival, dan
frasa verbal yang berprefiks ber- atau meng- ataupun frasa preposisional. Contoh:
·
Engkau
masuk!
·
Tenang!
2.2.2 Kalimat
Imperatif Transitif
Kalimat imperatif yang berpredikat verba transitif mirip
dengan konstruksi kalimat deklaratif pasif. Petunjuk bahwa verba kalimat dapat
dianggap berbentuk pasif adalah kenyataan bahwa lawan bicara yang dalam kalimat
deklaratif berfungsi sebagai subjek pelaku menjadi pelengkap pelaku, sedangkan
objek sasaran dalam kalimat deklaratif menjadi subjek sasarandalam kalimat
imperative, contoh:
Carilah pekerjaan apa saja!
Belikanlah adikmu sepatu baru!
2.2.3 Kalimat
Imperatif Halus
Ada sejumlah kata yang digunakan untuk menghaluskan isi
kalimat imperative, seperti kata tolong, coba, silakan, sudilah, dan kiranya.
Contoh :
Tolong kirimkan kontrak ini.
Silakan ke situ dulu.
2.2.4 Kalimat
Imperatif Permintaan
Kalimat imperative juga dapat digunakan untuk mengungkapkan
permintaan, kalimat seperti itu ditandai dengan kata mohon atau minta. Subjek
pelaku kalimat imperatif permintaan adalah pembicara yang sering tidak
dimunculkan, contoh:
Minta perhatian, Saudara-saudara!
Mohon diterima dengan baik.
2.2.5 Kalimat
Imperatif Ajakan dan Harapan
Di dalam kalimat imperatif, ajakan dan harapan tergolong
kalimat yang biasanya didahului kata ayo(lah), mari(lah), harap, dan hendaknya.
Contoh:
Ayolah masuk!
Mari kita makan.
2.2.6 Kalimat
Imperatif Larangan
Kalimat imperative dapat bersifat larangan dengan adanya
jangan(lah), contoh:
Jangan berangkat hari ini.
Janganlah kau hiraukan tuduhannya.
2.2.7 Kalimat
Imperatif Pembiaran
Yang juga termasuk golongan kalimat imperative ialah
pembiaran yang dinyatakan dengan kata biar(lah) atau biarkan(lah). Sebetulnya
dapat diartikan bahwa kalimat itu menyuruh membiarkan supaya sesuatu terjadi
atau berlangsung. Dalam perkembangannya kemudian pembiaran berarti meminta izin
agar sesuatu jangan dihalangi, contoh:
Biarlah saya pergi dulu.
2.3 Kalimat
Interogatif
Kalimat interogatif juga dikenal dengan nama kalimat Tanya,
secara formal ditandai oleh kehadiran kata Tanya seperti apa, siapa, berapa,
kapan, dan bagaimana. Contoh :
Apa dia istri Pak Ahmad?
2.4 Kalimat
Eksklamatif
Kalimat eksklamatif juga dikenal sebagai kalimat seru, secara
formal ditandai dengan alangkah, betapa, atau bukan main. Kalimat eksklamatif
juga disebut sebagai kalimat interjeksi biasa dinyatakan untuk menyebut
kekaguman atau heran.
3. Kalimat Tak
Lengkap
Kalimat tak lengkap atau kalimat minor adalah kalimat yang
tidak ada subjek atau unsure predikatnya. Hal tersebut biasa terjadi di dalam
wacana karena unsur yang tidak muncul itu sudah diketaui pada kalimat
sebelumnya.
(ee) Amir :
Kamu tinggal di mana, Min?
Amin : Di kampung Melayu.
Bentuk Di kampung Melayu sebenarnya merupakan bagian dari
bentuk kalimat lengkap Saya tinggal di kampung Melayu.
4. Kalimat
Inversi
Urutan fungsi dalam bahasa Indonesia boleh dikatakan
mengikuti pola: (a) subjek, (b) predikat, (c) objek (jika ada), dan (d)
pelengkap (jika ada). Kalimat inversi yakni kalimat yang urutannya terbalik,
umumnya mensyaratkan subjek yang tak terdefinit. Akan tetapi ada satu pola
kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya selalu mendahului subjek.
Ada Tamu, pak.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar